Selasa, 21 Juni 2011

kespro remaja


MENJAGA “KESUCIAN” GENERASI MUDA
Oleh : Reyta Noor.O, SKM


Heboh beredarnya video porno yang mirip artis Luna Maya dan Ariel vokalis band ”Peterpan”, menggema di seantero negeri ini. Berbagai tayangan baik di media elektronik maupun media cetak sarat dengan berita yang cukup mengejutkan ini, karena diduga sang pemain tak lain adalah artis papan atas Indonesia yang saat ini tengah digandrungi anak muda sebagai salah satu trendsetter dan segala perilaku sang idola seolah menjadi kiblat remaja di Indonesia. Jika video yang beredar tersebut benar – benar dilakukan oleh Luna Maya dan Ariel sangat disayangkan memang, para pekerja infotainment yang begitu sempurna di mata para penggemar ternyata memiliki perilaku yang sungguh tidak terpuji serta tidak patut dijadikan contoh sebagai sikap seorang generasi muda yang baik. Semua orang tua tentu khawatir dengan beredarnya video mesum tersebut, terutama bagi mereka yaang memiliki anak usia remaja. Kemajuan teknologi ikut mendorong mudahnya anak – anak kita mengakses informasi yang telah terlanjur menyebar, melalui Handphone maupun fasilitas internet upaya untuk mengakses segala informasi semakin tak terbendung dan seolah tanpa batas. Tak dapat dipungkiri bahwa Handphone sudah bukan menjadi barang asing bagi para remaja, apalagi semua merk berlomba – lomba memberikan fasilitas lebih untuk memudahkan mengakses data informasi mulai dari fasilitas Bluetooth sampai fasilitas internet gratis.
WHO (1965) mendefinisikan masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis masa anak – anak dan masa dewasa yaitu antara umur 10 – 20 tahun. Beberapa ciri tertentu terdapat pada kelompok usia remaja, diantaranya adalah : pertama, Protes terhadap orang tua. Remaja pada umumnya tidak lagi menyetujui nilai – nilai hidup yang ditanamkan oleh orang tuanya. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering disertai dengan menjauh dari orangtuanya. Dalam upaya mencari identitas diri remaja sering menoleh kepada orang – orang yang ada disekelilingnya, sebagai contoh figur ideal seorang artis, teman sebaya, dan tokoh publik lainnya. Kedua, preokupasi dengan badan sendiri. Remaja mengalami perubahan fisik secara cepat, oleh karena itu dapat dimengerti bahwa perubahan yang ada pada diri mereka menjadi perhatian khusus, tak jarang mereka lebih peduli pada penampilannya, apakah gaya mereka sudah layaknya remaja gaul ?. Bagi remaja putri tak jarang mereka menghabiskan waktu berjam – jam di depan cermin hanya untuk bisa tampil cantik dan menarik terutama bagi lawan jenis. Ketiga, Kesetiakawanan dengan kelompok sebaya. Dalam upaya mencari identitas diri mereka mencari kelompok seusia karena dalam kelompok sebaya mereka dapat merasakan adanya keterikatan dan kebersamaan dengan kelompoknya. Semua tercermin dalam gaya mereka berpakaian, menggunakan bahasa gaul, hobi, sikap serta perilaku yang sama. Keempat, Perilaku yang sangat labil dan berubah – ubah. Pada masa remaja perilaku cenderung berubah – ubah, sekali waktu mereka tampak bertanggungjawab namun di waktu lain tak jarang mereka masa bodoh dan tidak bertanggungjawab. Perilaku yang demikian ini membutuhkan pengertian dan penanganan yang bijaksana.

Remaja dan Seksualitas
Sebagaimana telah diketahui masa remaja merupakan maturasi biologik maupun psikologik, oleh karena itu dapatlah dimengerti pada masa ini remaja mulai tertarik dengan hal – hal yang berbau seksualitas. Seksualitas adalah suatu kekuatan dan dorongan hidup yang ada diantara laki – laki dan perempuan dimana keduanya merupakan suatu sistim yang memungkinkan terjadinya keturunan. Di Indonesia masalah seksualitas sangat tabu untuk dibicarakan secara terbuka, sehingga masalah seksual bagi remaja justru tidak dapat diinformasikan secara jelas. Mereka hanya memperoleh informasi yang sepotong – sepotong dan tidak lengkap sehingga mereka seringkali keliru dalam memanifestasikan apa yang mereka pelajari tentang masalah seksual. Keadaan ini justru sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan seksual yang wajar dan sehat. Berbagai penelitian tentang kesehatan reproduksi remaja di Indonesia menunjukkan hasil yang cukup memprihatinkan, sebagian responden remaja di tempat penelitian tersebut dilakukan pernah melakukan hubungan seksual. Remaja putra pada umumnya mempunyai dorongan seksual yang lebih kuat dan lebih aktif dalam mencari objek seksualnya.

Sesuai dengan tarap perkembangan emosinya yang cenderung berubah – ubah  (labil) serta hasrat untuk bereksperimen yang besar dapat memicu permasalah – permasalahan pada remaja diantaranya adalah perbuatan seks diluar nikah. Penyebab perbuatan seks diluar nikah dapat dipengaruhi baik dari dalam individu maupun dari luar.  Faktor dari dalam individu itu sendiri diantaranya adalah hasrat untuk mencoba yang begitu besar, kurang memiliki informasi tentang seks yang benar, rasa solidaritas antar teman, serta sikap permisif dari individu itu sendiri. Sedangkan faktor dari luar individu diantaranya faktor lingkungan tempat remaja itu berada, teman sepergaulan, budaya yang berkembang di masyarakat, kesempatan yang tersedia di lingkungan seperti fasilitas uang, kendaraan, hotel, video porno, internet, tingkat sosial ekonomi keluarga, dan sebagainya.

Peranan Orangtua
Adalah tidak mungkin bagi para orang tua untuk membatasi ruang gerak anak pada usia remaja, mereka tetap membutuhkan ruang gerak yang bisa mengakomodir segala rasa keingintahuan mereka serta rasa untuk menyatu  dengan teman sebaya. Namun tetap diperlukan kontrol dari para orang tua terhadap anak – anak mereka. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga mereka dari hal – hal yang justru dapat memperburuk masa depan mereka kelak. Pertama, berikan perhatian khusus pada anak. Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini orang tua selalu disibukkan dengan pekerjaan kantor yang seolah tidak ada habisnya, kesibukan bekerja diluar rumah telah menyita banyak waktu serta merenggut hak anak untuk bisa bersosialisasi lebih lama dengan orang tua mereka. Kewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarga seolah menjadi alasan pembenar bagi para orang tua untuk meninggalkan anak – anak mereka dirumah, toh uang hasil bekerja buat anak – anak juga. Perhatian dari orang tua mutlak diperlukan anak – anak untuk tumbuh dan berkembang apalagi mereka mengalami masa peralihan dari anak –anak menuju dewasa, tanpa perhatian orang tua mereka akan berupaya mencari perhatian diluar rumah yang tidak jarang justru berdampak kurang baik terhadap perkembangan mereka. Kebersamaan orang tua dengan anak dapat mempererat hubungan anak dan orangtua, mereka bisa menjadi teman curhat, menumpahkan segala emosi, bertukar ide atau gagasan tentang sesuatu serta menanamkan nilai – nilai moral pada anak.
Kedua, kontrol lingkungan pergaulan. Lingkungan juga berperan dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku anak. Teman sepergaulan memegang peranan penting dalam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku remaja, apa yang dianggap baik dan benar oleh kelompok akan diadopsi oleh anggotanya. Penting bagi orang tua untuk mengetahui dengan siapa anak – anak mereka bergaul, apakah moral serta perilaku mereka memberikan contoh yang baik ataukah buruk. Kemana mereka biasanya menghabiskan waktu bersama – sama, apakah tempat bergaul mereka cukup kondusif atau tidak. Ketiga, salurkan remaja pada kegiatan yang positif. Generasi muda pada umumnya mulai memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak, daya kemampuan ini mulai berkembang dan bisa dimanifestasikan dalam berbagai bentuk. Berdayakan segala potensi yang ada untuk kegiatan – kegiatan yang positif sesuai keinginan anak. Orang tua tidak perlu memaksakan kehendaknya, biarkan anak memilih sesuai dengan potensi dan kemampuan masing – masing. Selama kegiatan yang dipilih adalah kegiatan yang positif dan berguna berikanlah kebebasan serta dukung apa yang menjadi hobi maupun bakat mereka. Bahkan tidak jarang apa yang menjadi hobi maupun bakat mereka bisa mencipatkan prestasi yang membanggakan. Keempat, Tanamkan nilai – nilai agama sedini mungkin. Semua agama pasti mengajarkan segala sesuatu yang baik, agama juga bisa menjadi kontrol tentang apa – apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Perasaan berdosa ketika melakukan sebuah kesalahan akan membentengi mereka untuk berpikir seribu kali jika akan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama yang telah ditanamkan sejak kecil.
Generasi muda yang berkualitas tentu menjadi harapan bangsa ini karena ditangan merekalah estafet pembangunan ini akan diberikan. Orangtua tetap memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak serta menanamkan nilai – nilai moral yang sesuai budaya bangsa. Kerjasama antar berbagai pihak tentu juga diperlukan karena lingkungan juga memberikan pengaruh yang besar terhadap generasi muda. Melalui kontrol dari orang tua dan lingkungan kita berharap generasi muda Indonesia mampu menjadi generasi yang produktif dan mampu bersaing dengan generasi muda dari negara lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar