Selasa, 21 Juni 2011

Generasi unggul

Dimuat dalam Radar Bojonegoro 19 Nopember 2008

MENCIPTAKAN GENERASI YANG BERDAYA SAING
Oleh : Reyta Noor.O, SKM

Dalam salah satu iklan di media televisi diperlihatkan bahwa kelak di masa yang akan datang anak Indonesia akan mampu berdiri tegak sejajar dengan anak – anak dari berbagai belahan dunia dalam berkarya. Alangkah bangganya bangsa ini dengan generasi yang begitu cemerlang dan dihargai hasil karyanya oleh Dunia. Namun sayang, Generasi kebanggaan itu adalah hasil dari sang ibu yang memberikan Produk susu formula, dan bukan karena keberhasilan ibu dalam memberikan Air  susu Ibu (ASI). Jika hanya dengan memberikan susu formula saja generasi mendatang akan mampu menjadi kebanggaan bangsa, maka bagaimana jadinya jika seluruh anak Indonesia memperolah ASI ?. Barangkali Anak Indonesia akan bisa menaklukkan Dunia, dan semakin banyak orang Indonesia yang akan mendapatkan penghargaan Nobel atas prestasinya sebagai penemu ide – ide cemerlang dalam bidang ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi dunia ini. Generasi yang berkualitas pada akhirnya akan mampu mengangkat citra bangsa dalam menghadapi era globalisasi yang menuntut profesionalitas di segala bidang, Senada dengan Tema Hari Kesehatan Nasional ke -44 yaitu “ Rakyat Sehat, Kualitas Bangsa Meningkat”, penulis akan mencoba mencari benang merah keterkaitan antara status kesehatan masyarakat dengan peningkatan kualitas bangsa. Saat ini Indonesia belum mampu bersaing dengan Negara – Negara lain, sekalipun Indek Pembangunan Manusia (Human Development Index) Indonesia naik satu peringkat yaitu peringkat 107 (tahun 2007 – 2008) dibandingkan tahun 2006 -2007 yang berada di peringkat 108 dari 177 negara di Dunia, Indonesia masih tetap berada pada level bawah dibanding Negara – Negara Asia lainnya. Indeks Pembangunan manusia ditentukan dari tiga sector utama yaitu pendidikan, Pendapatan, dan kesehatan. Adapun salah satu Indikator Indeks Pembangunan Manusia dalam bidang kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Di Indonesia AKI dan AKB masih cukup tinggi, menurut SDKI  tahun 2002 – 2003 AKI di Indonesia adalah 307/100.000 KH sedangkan AKB 125/1000 KH. Bandingkan dengan Negara – Negara Asia lainnya, di Negeri Jiran Malaysia Angka Kematian Ibu 41/100.000 KH dan Angka Kematian Bayinya 10/1.000 KH, sedangkan Singapura AKI sebesar 6/100.000 KH dan AKB3/1000 KH. Mengapa kita jauh tertinggal dengan Negara – Negara tetangga kita?. Ternyata kesadaran masyarakat Indonesia untuk hidup sehat masih kurang, sebagai salah satu contoh adalah kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sejak periode awal kehamilan yaitu tiga bulan pertama kehanilan (trimester I). Seringkali ibu hamil datang ke pelayanan kesehatan menjelang tanggal persalinan. Padahal semakin dini pemeriksaan ibu hamil dilakukan, maka resiko kehamilan akan dapat di minimalisir. Melalui pemerikasaan kehamilan yang secara rutin dilakukan setiap bulan, tenaga kesehatan akan dapat memantau perkembangan janin dan juga kondisi ibu hamil. Kasus Kematian Ibu yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan olah kasus perdarahan, sedangkan kasus kematian bayi lebih di dominasi oleh karena kasus Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan Asfiksia.

Gizi dan Tumbuh Kembang
Generasi yang unggul tidak dapat diperolah dengan cara cepat (instant), kualitas kecerdasan anak sangat ditentukan sejak periode awal kehidupan yaitu sejak di dalam kandungan. Asupan gizi yang kurang selama kehamilan baik dari segi jumlah, jenis dan jadwal dapat menyebabkan kurang gizi (malnutrisi) pada ibu, suplai zat gizi ke janin juga berkurang yang dapat menyebabkan pertumbuhan janin menjadi terganggu. Selain itu imunitas/kekebalan ibu hamil juga menurun, yang dapat menyebabkan ibu hamil mudah terserang penyakit infeksi yang pada akhirnya akan memperbesar keadaan malnutrisi tersebut. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin timbul berkaitan dengan kurangnya asupan gizi ibu hamil adalah timbulnya Anemia gizi yang akan meningkatkan resiko ibu mengalami perdarahan pada saat melahirkan dan Berat badan ibu hamil yang tidak baik penambahannya akan memperbesar resiko melahirkan dengan BBLR. Pada masa balita otak mengalami perkembangan yang sangat pesat, yang juga disebut sebagai “Brain Growt Spurt” atau masa emas pertumbuhan otak. Periode ini sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi, ketika masih berada di dalam kandungan perkembangan otak janin sangat tergantung pada asupan gizi sang ibu sedangkan setelah lahir perkembangan otak dipengaruhi oleh asupan gizi yang diterimanya secara langsung baik melalui ASI maupun makanan lainnya. ASI sangat penting bagi balita, karena ASI mengandung berbagai nutrisi yang diperlukan untuk proses tumbuh kembang. Selain itu bayi yang memperolah ASI mempunyai tingkat kekebalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya mengkonsumsi susu formula. Semakin baik nutrisi yang oleh balita, maka semakin optimal pula kecerdasan otaknya. Jika terjadi kekurangan gizi pada masa ini, maka perkembangan otak juga akan terganggu . Sayangnya, gangguan pada masa  ini tidak dapat terpulihkan (irreversible). Bahkan menurut Guru Besar Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor Prof.Dr. Darwin Karyadi kurang gizi pada masa kanak – kanak akan mengakibatkan turunnya tingkat Intelektual antara 10 – 15 point, bahkan kemudian balita tersebut akan mengalami ketidakmampuan dalam mengadopsi Ilmu Pengetahuan (Kasdu, 2004).Demikian pentingnya pengaruh nutrisi bagi tumbuh kembang Balita, maka orang tua harus benar – benar memperhatikan asupan nutrisi bagi anak – anak mereka terutama balita.

Generasi yang inovatif & Produktif
Pemenuhan gizi yang seimbang sejak dalam kadungan akan sangat berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia. Setiap Manusia  yang tumbuh dan berkembang sesuai periode usianya sejak dalam kandungan sampai `akan mampu menjadi pribadi unggul yang selalu kreatif untuk mencari terobosan – terobosan baru dalam berbagai bidang. Selalu tercipta ide – ide cemerlang untuk menciptakan hal – hal baru, termasuk mengolah berbagai Sumber Daya Alam yang begitu melimpah di Bumi Indonesia. Indonesia tidak lagi hanya menjadi Negara pengimpor berbagai teknologi – teknologi modern, maupun produk – produk asing yang notabene bahan mentahnya (raw material) berasal dari Indonesia. Selama ini kita hanya mampu mengekspor Sumber Daya Alam yang berupa barang mentah atau setengah jadi tanpa mampu memberikan sentuhan yang inovatif pada hasil bumi tersebut. Barang – barang tersebut kita ekspor ke berbagai belahan dunia, dan ironisnya setelah menjadi barang jadi kita adalah salah satu Negara pengimpor. Padahal hanya dengan sedikit perubahan seperti pengemasan, pelabelan, akan dapat meningkatkan harga jual dibandingkan hanya dijual dalam bentuk aslinya. Sangat disayangkan memang Sumber Daya Alam yang begitu banyaknya tidak diimbangi dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Tenaga kerja kita hanya sebatas mampu untuk memanen apa yang dihasilkan oleh bumi, tak jarang justru tenaga – tenaga professional kita datangkan dari luar negeri yang harus dibayar dengan gaji yang cukup besar. Kelak jika generasi kita adalah generasi yang berkualitas maka pemerintah barangkali tidak akan dipusingkan lagi dengan masalah pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan hanya menjadi beban bagi bangsa ini, karena semakin banyak generasi muda yang produktif yang justru mampu menciptakan lapangan kerja, menangkap setiap peluang yang ada tanpa bergantung pada pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan. Bahkan tidak mustahil jika suati saat nanti kita tidak hanya mampu menekspor TKI sebagai tenaga kasar di Negara lain akan tetapi kita mampu mengirimkan tenaga – tenaga ahli keluar negeri sebagai pahlawan Devisa. Amin

1 komentar:

  1. silahkan bagi teman- teman yg mau mengkritisi tulisan ini, dan smg blog ini bs menjadi sarana diskusi bagi para pemerhati masalah kesehatan

    BalasHapus